Senin, 03 Maret 2014

Antara Rengginang Singkong Bojonegoro dan Pathilo Gunungkidul

 




Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian yang ketersediaannya sangat melimpah dan harganya cukup murah. Di tingkat petani, harganya hanya berkisar Rp. 500 – 1000. Oleh karenanya, upaya untuk meningkatkan nilai tambah (added value) ubi kayu mutlak diperlukan sehingga dapat  meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Di tingkat petani, upaya untuk mengolah ubi kayu menjadi produk olahan yang dapat meningkatkan kesejahteraannya sebenarnya juga sudah dilakukan, hanya saja macam variasi produk olahannya masih sangat terbatas dan kebanyakan produk olahannya bersifat setengah basah ataupun daya simpan produknya relatif terbatas, misalnya diolah menjadi combro, lemet, tape, direbus, digoreng, dan sebagainya. Akibatnya, jangkauan pasar yang dapat dicapai relatif terbatas dan jumlah bahan baku ubi kayu yang terserappun juga relatif sedikit.
Mengingat ubi kayu merupakan salah satu bahan hasil pertanian yang mudah rusak, dan keberadaannya pada saat panen sangat melimpah, maka upaya untuk penanganan pasca panen ataupun upaya pengolahannya harus segera dilakukan. Untuk dapat menyerap semaksimal mungkin bahan baku ubi kayu yang ada di masyarakat, maka skala produksinya haruslah skala industri yang mampu menyerap ubi kayu secara kontinyu dalam jumlah yang cukup besar. Dalam hal ini tidak harus industri skala besar, melainkan industri kecil dan menengah atau UKM-pun mampu melakukannya. Mestinya pemberdayaan di tingkat UKM inilah yang harus terus didorong agar kesejahteraan masyarakat meningkat dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat di sekitarnya.
Beberapa hasil olahan ubi kayu atau singkong yang sudah cukup dikenal masyarakat antara lain ceriping singkong atau keripik singkong,  kerupuk singkong, lemet, combro, tiwul, gathot, tape / peuyem (jawa barat), gethuk, patilo, dan slondok.  Satu lagi hasil olahan berbahan baku ubi kayu atau singkong yang diproduksi di daerah Bojonegoro – Jawa Timur adalah Rengginang Singkong.

Sesuai dengan namanya, secara sepintas nampak bahwa produk ini menyerupai rengginang beras ketan yaitu berbentuk bulat dan setelah digoreng terasa gurih dan renyah. Namun apabila dilihat prosesnya, ternyata produk rengginang singkong Bojonegoro ini menyerupai proses pembuatan pathilo yang banyak diproduksi di daerah Gunungkidul – Yogyakarta. Antara Rengginang Bojonegoro dan pathilo Gunungkidul memang ada perbedaan pokok dalam proses pembuatannya.  Dalam pembuatan pathilo,  sepengetahuan saya singkong parut setelah diperas dan dicuci bersih  tidak langsung dicetak dan dikukus menjadi pathilo melainkan didiamkan 2-3 hari  sehingga terjadi  fermentasi. Perlakuan ini dimaksudkan agar pathilo dapat mengembang lebih besar ketika digoreng (untuk yang satu ini saya belum membuktikan, karena yang membuat produk bisa mengembang adalah ditambahkannya tapioka sehingga terjadi gelatinisasi sempurna. Ada yang tertarik meneliti ?). Yang jelas, menurut lidah saya pathilo yang dihasilkan terasa sedikit agak asam dibandingkan Rengginang singkong Bojonegoro.

Sedangkan dalam pembuatan rengginang singkong, setelah singkong dikupas dan dicuci bersih, selanjutnya singkong diparut, kemudian parutan singkong dicuci bersih (diekstrak beberapa kali dengan air bersih untuk menghilangkan rasa pahit). Selanjutnya ampas parutan singkong dihancurkan, ditambahkan bumbu, dan dibuat butiran-butiran kemudian dicetak bulat (dengan cetakan plastik dari alas botol kemasan air minum). Selanjutnya dikukus hingga matang, kemudian didinginkan dan dijemur hingga kering. Setelah itu, rengginang singkong kering digoreng dan dikemas. Produk rengginang singkong ini nampak lebih putih dan rasanya netral – tidak asam seperti pada pathilo.
Secara teknologi, proses pembuatan rengginang singkong Bojonegoro tersebut relatif mudah dan dapat dikerjakan oleh industri kecil skala UKM. Selain itu alat-alat yang dibutuhkan juga relatif sederhana dan tidak membutuhkan investasi relatif besar. Jadi, apakah anda tertarik menjadi juragan Rengginang Singkong ?. Siapa Takut !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar